Tak terasa begitu cepat masa berlalu, hari ini sebelas tahun yang lalu pilu menggetarkan sukma, lara dan duka menyelimuti kalbu, manakala segalanya tak lagi dipuya, sanak famili dan materi lenyap seketika, hanya iman satu-satunya pengukuh jiwa, penawar lara.
Masih terbayang jelas gurat-gurat wajah kerabat, sahabat dan para guruku semua yang kembali ke sisi-Nya pada hari itu, semoga Allah menerima ibadah mereka dan mendapatkan tempat yang mulia, amiin.
Hari ini, dalam rangka mengenang kembali musibah dahsyat tsunami yang menjadi hari duka bersama di mana dunia ikut turut berempati, maka saya ingin menguntai beberapa untaian bait kalimat sederhana yang menggambarkan sekilas suasana yang terekam memori pada saat itu.
---------------------------------------------------------
Hari ini, sebelas tahun yan lalu
26 desember 2004, jam delapan pagi hari minggu
Saat mata menjadi saksi bisu musibah pilu
Di hari libur saat keluarga asyik bercengkrama saling
melepaskan rindu
Masih sangat kuat terekam di dalam minda
Saat tiba-tiba bumi terguncang hebat bak perahu kecil
dihantam badai ombak yang murka
Saat semua berhamburan keluar rumah demi menyelamatkan jiwa
Saat bangunan-bangunan rubuh akibat hujaman gempa yang
membahana
Semua tak terduga, segalanya terjadi begitu tiba-tiba
Dan sungguh tak ada yang mengira, setelah itu pilu kian dahsyat
melanda
Saat jalanan menyemut manusia yang berlarian sambil histeris
penuh lara
Hiruk pikuk teriakan “TSUNAMI” menggema getarkan semesta
“Larii…lariii!!! Air laut naik ke darat” kalimat itulah yang
terdengar paling kentara
Kuasa-Mu ya Allah, semuanya tak terduga, tak terbaca oleh
manusia
Air laut biru yang selalunya indah bersama irama ombaknya
yang selaras seirama
Saat itu Kau jadikan ia hitam menggelegam, mengamuk murka,
meluluh lantakkan segalanya
Tak ada yang bisa menahan amukan gelombangnya
Semuanya lenyap seketika oleh amukan ombak yang
membabi-buta
Dalam sekejap bumi Aceh berubah menjadi “blender raksasa”
yang menghancurkan segalanya
Bangunan-bangunan tersapu tak membekas digulung dahsyatnya
gelombang yang murka
Hari itu harta tak lagi istimewa, karena hidup seakan telah di
ambang pupus masa
Dalam sekejap ya Rabb Kau ambil kembali segalanya
Sembab mata ini saat melihat jiwa-jiwa bergelimpangan tak
lagi bernyawa
Ratusan ribu jiwa…ya, ratusan ribu jiwa Kau ambil seketika
Pagi itu menjadi minggu kelabu, Aceh berduka, tanah Aceh
hancur porak poranda dalam sekejap mata
Ketika itu ibu, anak dan kerabat tercerai berai, terpisahkan
arus dan saling menyelamatkan diri
Mengingatkan jiwa akan kisah datangnya kiamat tanda khatam kehidupan
dunia fana ini
Dan itulah ‘kiamat kecil’ yang Engkau tunjukkan sebagai TEGURAN
DINI
Kau tunjukkan kuasa-Mu agar insan berpikir, bertaubat
demi mempersiapkan diri untuk hari nanti
Karena maut itu pasti, kapan, bagaimana dan di mana maut menjemput adalah rahasia ilahi
كُلُّ
نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
"Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan".
(QS; Al 'Ankabuut, 29: 57)
أَيْنَمَا
تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ ۗ
"Di mana
saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng
yang Tinggi lagi kokoh (QS; 04. An Nisaa': 78)"
كَيْفَ تَكْفُرُونَ
بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ
يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
"Mengapa
kamu kafir kepada Allah, Padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan
kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian
kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?" (QS; 02. Al Baqarah: 28)
**Meri Susanti Zakaria; Cairo, 26 Desember 2015**
0 comments: