Jan 15, 2016

Menggenapkan Syukur Dalam Umur Yang Tersisa
Menggenapkan-syukur-dalam-waktu-yang-tersisa

Bismillahirrahmanirrahim

لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS; 14. Ibrahim: 7)

Hamdan wa syukran lillah atas segala anugerah nikmat-Nya yang telah kita nikmati selama ini; fasilitas sandang pangan, nikmat sehat dan nikmat nafas yang senantiasa menghembuskan denyut kehidupan.

Sudah tak terhitung langkah berderap dalam luahan karunia-Nya. Sejauh langkah menapak, rahmat-Nya tak pernah berhenti tercurah. Semoga kita selalu menjadi hamba-Nya yang pandai bersyukur.

Dan masa terus beranjak menggiring gerak raga. Hari-hari kian menggerus umur yang tersisa. Karena sejatinya setiap bertambah satu angka dalam usia insan, maka jatah hidup di alam fana ini pun semakin berkurang. Dan artinya, kian mendekati kepada garis finish yang telah Allah tetapkan untuk semua makhluk-Nya.

Untuk Abah, semoga umur yang tersisa semakin berkah. Lebih dekat dan taat kepada-Nya, sehat selalu dan sukses menapaki jalan kebajikan serta sukses mengarungi hidup yang penuh cita dan cinta dalam naungan ridha Allah Yang Maha Kuasa dan Penyayang.

Kado terindah dari kami adalah doa tulus yang senantiasa kami munajatkan sepanjang masa.

Dan kini terimalah serangkaian aksara yang menggolak gejolak sang juwita kembara di tanah seribu menara :)

Serangkai untaian pena yang mewakili bisik tulus dari lubuk sukma untuk sang tambatan kalbu tercinta

Jerat derap memahat harap kembara
Menghambat niat sua dua sukma
Hingga gejolak dada meluahkan berjuta aksara nan tak terbaca
Beriak degup getarnya merenda kisah seribu satu cerita
Yang tersemai indah nan permai dalam memori jingga kasih samara

Dinginnya cuaca menggelitik relung jiwa
Terkenang romansa dengan sang pujaan sukma
Angin meliuk mesra seakan mengajak untuk berdansa
Mengiringi hembusan lembut pelipur desah rindu nan tak berirama

Inilah kisah dua raga yang terpisahkan hamparan samudera
Ketika sekerat rasa terbiar lara
Manakala dua asa tak dapat bersua
Untuk melerai kusut merindu yang terbelit masa

Hingga mengarak jiwa semakin memuruk di sudut kota tua
Yang seakan senyap padam tanpa pancaran surya
Terpasung dalam santamora bisu gulita

Tapi jiwa takkan biarkan rasa kian larut melara
Karena mentari pasti kan kembali membara
Setelah sang surya sibakkan hamparan tirai gulita

Beribu-ribu maaf terucap kata
Tak bermaksud membiarkan cinta meremang duka
Hingga jiwa terbiar sepi dalam kembara nelangsa
Hanya saja perjuangan ini masih bergulat akar rimba

Bersabarlah cinta!
Sesaat lagi kan tiba masa dimana...
Desah rindu ini kan menjadi petikan indah dawai samara
Yang kan selalu mengiringi setiap derap irama setia
InsyaAllah munajat kita selamanya dalam ridha cinta-Nya

**Cairo (musim dingin), ba'da subuh yang syahdu**
(Meri Susanti Zakaria, 15 januari 2016)

TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA

Semua goresan yang ada di blog ini, terutama sekali saya tujukan untuk diri saya pribadi guna muhasabah, pengingat dan nasehat bagi diri sendiri selaku hamba-Nya yang masih banyak kekurangan dan alpha dalam berbagai peranan kehidupan, baik sebagai isteri, anak, ibu dari anakku dan juga teman dari sahabat-sahabatku.
Mohon kerelaan untuk mengoreksi bila menemukan kekeliruan dalam tulisan blog ini karena saya masih belajar dan terus belajar.
_
**(Wassalam)**_